Melalui studi perbandingan terhadap sejumlah kebudayaan, para ahli antropologi telah berhasil memperoleh pengertian tentang pengertian karakteristik-karakteristik pokok kebudayaan, antara lain sebagai berikut.
a. Kebudayaan adalah milik bersama.
Kebudayaan adalah sejumlah cita cita, nilai dan standar perilaku yang didukung oleh sebagian besar warga masyarakat, Dengan kata lain, kebudayaan adalah common denominator ( sebutan untuk persamaan ), yang menyebabkan perbuatan para individu dapat dipahami oleh individu lain dalam kelompok atau masyarakatnya. Karena memiliki kebudayaan yang sama, orang yang satu dapat meramalkan perbuatan orang lain dalam situasi tertentu, dan dapat mengambil tindakan yang sesuai.
Walaupun kebudayaan merupakan milik bersama anggota masyarakat, penting untuk disadari semua itu bukan berarti keseragaman. Dalam setiap masyarakat manusia, terdapat perbedaan perbedaan kebudayaan khusus. Misalnya ada hampir semua masyarakat dijumpai perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Ini berarti ada hal hal tertentu yang hanya menjadi perhatian perempuan, tetapi tidak bagi laki-laki, dan sebaliknya. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara kebudayaan laki-laki dengan kebudayaan perempuan. Contoh lain dapat dikemukakan adanya variasi kebudayaan yang berhubungan dengan umur, Di hampir setiap masyarakat, anak-anak tidak diharapkan berperilaku seperti orang tua.
b. Kebudayaan adalah hasil belajar.
Semua kebudayaan adalah hasil belajar, bukan warisan biologi, ingat definisi kebudayaan menurut KOENTJARANINGRAT, bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Lebih lanjut Koentjaraningrat menyatakan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya amat sedikit manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu beberapa tindakan akibat proses fisiologi atau kelakuan apabila sedang membabi buta. bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa sejak kelahirannya, seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya, juga dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan.
c. Kebudayaan didasarkan pada simbol.
Ahli antropologi berkebangsaan Amerika, Leslie White, dalam The Evolution of Culture ( 1959 ) berpendapat bahwa semua perilaku manusia dimulai dengan penggunaan lambang atau simbol. Manusia berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati bersama. Simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka yang menggunakannya. Nilai dan makna tersebut tidak ditentukan oleh sifat sifat yang secara intrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya, melainkan dengan cara- cara simbolik. Makna atau nilai suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara-cara yang bersifat noninderawi. Sebagai contoh : makna suatu warna tergantung pada mereka yang menggunakannya. Warna merah misalnya, dapat berarti berani (* merah berarti berani, putih berarti suci* ) dapat berarti komunis ( kaum merah ), dapat pula berarti bahaya ( " daerah lampu merah" ).
Aspek simbolis yang paling penting dari kebudayaan masyarakat adalah bahasa. bahasa adalah dasar kebudayaan manusia dibangun. Struktur politik, keluarga, agama, kesenian, organisasi ekonomi maupun pendidikan tidak mungkin ada tanpa adanya simbol-simbol dalam bahasa. Dengan menggunakan bahasa manusia menyampaikan gagasan, emosi dan keinginan-keinginannya, termasuk meneruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang selanjutnya.
d. Semua aspek kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan ( Integrasi ).
Untuk keperluan analisis dan perbandingan, para ahli antropologi sering menguraikan kebudayaan menjadi sejumlah bagian atau unsur yang kelihatannya berdiri sendiri-sendiri. Akan tetapi, sebenarnya unsur-unsur tersebut saling terkait satu sama lainnya sehingga kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan ytag saling berhubungan. Kecenderungan semua aspek kebudayaan untuk berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan disebut integrasi. Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suatu suku bangsa, para ahli antropologi sering menguraikan mengenai unsur peralatan dan perlengkapan hidupnya, unsur mata pencahariannya, sistem keluarga dan kemasyarakatannya, unsur keseniannya, bahasanya, keyakinannya, dan sistem pengetahuannya. Masing masing unsur tersebut seolah-olah dapat berdiri sendiri.
e. Kebudayaan bersifat superorganik.
HERKOVITS dan MALINOWSKI memberi sebutan kebudayaan sebagai suatu yang superorganik. Disebut demikian karena kebudayaan diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup terus menerus secara berkesinambungan, walaupun orang orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti karena kematian dan kelahiran. Dengan kata lain, suatu kebudayaan telah ada sebelum lahirnya suatu generasi, dan masih tetap hidup walaupun generasi tersebut telah mati.
b. Kebudayaan adalah hasil belajar.
Semua kebudayaan adalah hasil belajar, bukan warisan biologi, ingat definisi kebudayaan menurut KOENTJARANINGRAT, bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Lebih lanjut Koentjaraningrat menyatakan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya amat sedikit manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu beberapa tindakan akibat proses fisiologi atau kelakuan apabila sedang membabi buta. bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa sejak kelahirannya, seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya, juga dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan.
c. Kebudayaan didasarkan pada simbol.
Ahli antropologi berkebangsaan Amerika, Leslie White, dalam The Evolution of Culture ( 1959 ) berpendapat bahwa semua perilaku manusia dimulai dengan penggunaan lambang atau simbol. Manusia berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati bersama. Simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka yang menggunakannya. Nilai dan makna tersebut tidak ditentukan oleh sifat sifat yang secara intrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya, melainkan dengan cara- cara simbolik. Makna atau nilai suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara-cara yang bersifat noninderawi. Sebagai contoh : makna suatu warna tergantung pada mereka yang menggunakannya. Warna merah misalnya, dapat berarti berani (* merah berarti berani, putih berarti suci* ) dapat berarti komunis ( kaum merah ), dapat pula berarti bahaya ( " daerah lampu merah" ).
Aspek simbolis yang paling penting dari kebudayaan masyarakat adalah bahasa. bahasa adalah dasar kebudayaan manusia dibangun. Struktur politik, keluarga, agama, kesenian, organisasi ekonomi maupun pendidikan tidak mungkin ada tanpa adanya simbol-simbol dalam bahasa. Dengan menggunakan bahasa manusia menyampaikan gagasan, emosi dan keinginan-keinginannya, termasuk meneruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang selanjutnya.
d. Semua aspek kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan ( Integrasi ).
Untuk keperluan analisis dan perbandingan, para ahli antropologi sering menguraikan kebudayaan menjadi sejumlah bagian atau unsur yang kelihatannya berdiri sendiri-sendiri. Akan tetapi, sebenarnya unsur-unsur tersebut saling terkait satu sama lainnya sehingga kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan ytag saling berhubungan. Kecenderungan semua aspek kebudayaan untuk berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan disebut integrasi. Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suatu suku bangsa, para ahli antropologi sering menguraikan mengenai unsur peralatan dan perlengkapan hidupnya, unsur mata pencahariannya, sistem keluarga dan kemasyarakatannya, unsur keseniannya, bahasanya, keyakinannya, dan sistem pengetahuannya. Masing masing unsur tersebut seolah-olah dapat berdiri sendiri.
e. Kebudayaan bersifat superorganik.
HERKOVITS dan MALINOWSKI memberi sebutan kebudayaan sebagai suatu yang superorganik. Disebut demikian karena kebudayaan diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup terus menerus secara berkesinambungan, walaupun orang orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti karena kematian dan kelahiran. Dengan kata lain, suatu kebudayaan telah ada sebelum lahirnya suatu generasi, dan masih tetap hidup walaupun generasi tersebut telah mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar